Kamis, 27 Maret 2014

Prabowo: Indonesia Butuh Pemimpin Tegas

http://nasional.kompas.com/read/2014/03/27/1536130/Prabowo.Indonesia.Butuh.Pemimpin.Tegas


Prabowo: Indonesia Butuh Pemimpin Tegas

Kamis, 27 Maret 2014 | 15:36 WIB
TRIBUNNEWS/DANY PERMANAKetua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto (dua kiri), menaiki kuda saat menghadiri kampanye Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (23/3/2014).
JAKARTA, KOMPAS.com — Bakal calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan, Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang tegas. Pemimpin yang kurang tegas, kata dia, tak layak dipilih dalam Pemilihan Presiden 2014. Hal itu diungkapkan Prabowo saat berbicara di depan ratusan purnawirawan jenderal TNI-Polri di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (27/3/2014). Para purnawirawan itu hadir untuk memberikan dukungannya kepada Prabowo yang maju sebagai bakal calon presiden.

"Sekarang ini zamannya mencla-mencle, plin-plan, lain di hati lain di mulut. Tinggi gunung, seribu janji, dan janji tidak ditepati, kita tidak butuh pemimpin seperti itu," kata Prabowo.
Prabowo mengatakan, salah satu persoalan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah maraknya korupsi yang dilakukan oleh elite politik. Ketidaktegasan pemimpin, menurutnya, menjadi salah satu pemicu maraknya korupsi.

"Kita tidak rela negara ini dipimpin oleh orang yang lembek. Korupsi bukan berkurang malah tambah marak. Kita tidak boleh ingkar dengan janji kita. Kita mau berkorban untuk kedaulatan dan keadilan bagi bangsa Indonesia," katanya.

Terkait dukungan yang diterimanya dari para purnawirawan jenderal, Prabowo mengaku terharu. Ia berjanji akan menjalankan tugas dengan baik jika terpilih sebagai presiden.  

Jatuh Cinta Suryadharma Ali ke Prabowo

http://youtu.be/SdxIjEZBVjk

Jatuh Cinta Suryadharma Ali ke Prabowo

RAJUT
  • Comments 0
  • Senin, 24 Maret 2014 00:05



prabowo-suryadharma


Liputan6.com, Jakarta- Oleh: Ahmad Romadoni dan Hanz Jimenez Salim
Ada tamu luar biasa pada kampanye akbar Partai Gerindra di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta. Luar biasa karena dia adalah petinggi partai lain yang jelas merupakan saingan Gerindra pada Pemilu 2014.

Dia adalah Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali. Pria yang kini menjabat sebagai Menteri Agama itu menghadiri kampanye Gerindra. Ia yang datang bersama Wakil Dewan Pakar PPP Djan Faridz dan Wakil Ketua Majelis Syariah DPP PPP KH Nur Iskandar menjadi tamu istimewa kampanye Gerindra.

Kehadirannya disambut positif Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto. Prabowo mengaku bingung. Bingung karena senang, masih ada sosok pemimpin yang bersahabat seperti Suryadharma Ali.

"Pengamat mungkin bingung, jangankan pengamat, saya juga bingung lihat ini tadi," kata Prabowo saat berpidato di hadapan simpatisannya di Stadion GBK, Senayan, Jakarta, Minggu 23 Maret 2014.

"Hari ini kita melihat ada perkembangan yang tidak lazim. Hari ini kampanyenya Partai Gerindra. Tapi, ada satu kelainan, tampaknya Partai Gerindra kehadiran ketua umum PPP. Dengan 2 tokoh penting PPP, Djan Farid dan KH Nur," imbuh dia.

Prabowo mengatakan, kondisi tersebut ini menunjukan masih ada para patriot pemimpin politik yang bersahabat, bekerja sama dengan erat. Walaupun bersaing, di ujung harus cinta tanah air Indonesia.

"PPP adalah partai religius tapi patriotik dan nasionalis. Kita partai kebangsaan, religius, dan kita hormati keagamaan," tandasnya.

"Jatuh Cinta"

Suryadharma Ali bukan tamu undangan di kampanye Gerindra, tapi mungkin bisa disebut tamu tak diundang. Sebab kehadirannya bukan atas undangan Gerindra, tapi atas permintaan Suryadharma Ali sendiri.

Kata Prabowo, kala itu, Suryadharma meminta izin untuk hadir dalam kampanye Partai Gerindra. Hal itu tentu disambut positif oleh Prabowo sebagai pucuk pimpinan partai. "Masa orang mau hadir kita larang. Kita terima sebagai tanda patriotisme, tanda persaudaraan, dan kebangsaan," ujar Prabowo.

Menanggapi kunjungan ini, Prabowo pun langsung meminta izin Suryadharma untuk bisa hadir dalam kampanye PPP nanti. "Pak Surya, saya minta kalau nanti PPP kampanye, Prabowo izin hadir," kata Prabowo.

Di mata Suryadharma Ali, Prabowo adalah sosok pemimpin yang ideal. Ia pun mengaku jatuh cinta dengan calon presiden yang diusung Partai Gerindra itu.

"PPP menilai Gerindra telah memutuskan calon pemimpin yang tepat, yaitu Prabowo Subianto. Saya semakin jatuh cinta pada beliau dengan visinya yang jelas yang tadi diungkapkan ke kita semua," kata Suryadharma saat diberi kesempatan berbicara di depan simpatisan Partai Gerindra di GBK, Senayan, Jakarta, Minggu 23 Maret 2014.

Dia menilai, PPP dapat mengukir prestasi baru bagi Indonesia bersama Partai Gerindra. Dirinya mengakui masih ada kekurangan yang dirasakan di sana-sini. Tapi, dirinya yakin dengan kebersamaan itu berbagai masalah bangsa bisa terselesaikan.

"Bersama PPP kita harus mengurai prestasi baru. Saya yakin Indonesia akan besar kalau kita bersatu, bergandengan tangan, kebersamaan dibangun, pasti Indonesia jaya," lanjutnya.

Surya menilai, Prabowo merupakan sosok yang lengkap sebagai pemimpin Indonesia. Prabowo sosok capres untuk kaum papa, kaum cilik, petani, nelayan, dan buruh. Tapi ada hal yang terlupa dan diingatkan Suryadharma. "Satu hal yang dilupakan, Prabowo presiden untuk para kiai dan ulama Indonesia," tandas dia.

Sinyal Koalisi atau Pasangan Capres-Cawapres?

Kehadiran Suryadharma Ali ditengarai sebagai sinyal koalisi antara PPP dan Gerindra atau bahkan sinyal bahwa Suryadharma bakal mendampingi Prabowo sebagai cawapres. Benarkah demikian?

Prabowo tak membantah soal koalisi. Mantan Danjen Kopassus itu mengaku terbuka dengan partai mana pun. "Bisa saja, semua yang mau kerja sama bisa saja," kata Prabowo.

Namun orang nomor 1 di Gerindra itu mengaku belum ada pembicaraan khusus dengan PPP atau Suryadharma Ali sebelum adanya pertemuan itu. Saat ditanya soal kemungkinan bersanding dengan Suryadharma, ia enggan berkomentar banyak. "Masih lama masih lama," singkat Prabowo

Bagaimana dengan tanggapan Suryadharma, siapkan dia menjadi cawapres Prabowo? "Jangan buru-buru entar GR (gede rasa) nggak boleh," ujar Suryadharma.

Menteri Agama itu mengatakan, belum ada partai lain yang seperti Partai Gerindra dan PPP. "Gerindra memprakarsai memulai langkah yang baik sebagai pemimpin membangun persahabatan, termasuk PPP. Ini sikap pemimpin seperti ini harus direspons. Saat ini saya merespons," jelas Suryadharma.
Pengamat Politik Boni Hargens menilai, kehadiran Suryadharma di kampanye Gerindra sudah sangat jelas merupakan bentuk dukungan untuk Prabowo. Meski kedua partai mempunyai ideologi yang berbeda, namun menurut Boni hal itu tak menjadi masalah dalam menyatukan dukungan.

"Ya itu ideologi nggak masalah. Tapi kalau ada koalisi dan ada tujuan yang sama, saya menduga memang ada dukungan bagi pencalonan Prabowo sebagi calon presiden. Apakah tawarannya SDA sebagai cawapres atau penempatan tokoh di kabinet jika Prabowo menang nanti," kata Boni saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (23/3/2014).

Dia menilai adanya dukungan PPP terhadap Prabowo menunjukan komunikasi yang baik antara kedua pimpinan partai tersebut. Terlebih, keduanya mungkin memiliki cita-cita yang sama dalam politik. "Saya kira itu sebagai bukti komunikasi yang baik antara SDA (Suryadharma) dengan Prabowo. Mungkin ada cita-cita politik yang sama," imbuh Boni Hargens. (Muhammad Ali)
- See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2026893/jatuh-cinta-suryadharma-ali-ke-prabowo#sthash.9mJARoRd.dpuf

Dahsyatnya Suasana Kampanye Akbar Partai Gerindra di GBK




http://www.youtube.com/watch?v=8Gs8ZiJAPoA

Gerindra Kampanye, 50 Ribu Pendukung Padati GBK


Gerindra Kampanye, 50 Ribu Pendukung Padati GBK

  • Comments 1
  • Minggu, 23 Maret 2014 13:29


Tim Liputan 6 SCTV



LIVE GERINDRA (Liputan6 TV)



Liputan6.com, Jakarta - Partai Gerindra melakukan kampanye akbarnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat. Kampanye Partai Gerindra ini mengundang sekitar 132.000 pendukung.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (23/3/2014), stadion GBK dipadati oleh kader Gerindra. Namun sayang, acara kampanye ini molor hingga 3 jam. Orang-orang yang sudah terlalu lama menunggu pun bosan. Sehingga ada sebagian yang memilih untuk pulang karena kampanye tak kunjung mulai.http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2026823/video-gerindra-kampanye-50-ribu-pendukung-padati-gbk
Sayangnya, hanya sekitar 50.000 pengunjung yang bisa hadir, tak sesuai dengan undangan yang diharapkan. Sehingga kursi bagian atas di GBK masih kosong.

Prabowo Subianto datang ke GBK dengan menggunakan helikopter. Begitu turun dari helikopter, Prabowo dijemput dengan mobil jip putih. Kemudian Prabowo disambut sejumlah pejabat Gerindra, seperti Suhardi sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon sebagai Wakil Ketua Umum, dan juga Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Prabowo dan Gerindra bukan merupakan pemain baru, karena sebelumnya pernah mengikuti Pilpres pada 2009 lalu. Namun karena Partai Gerindra memperoleh suara kurang dari 20%, Prabowo berkoalisi dengan Megawati dari PDIP.
Prabowo merelakan posisinya saat itu menjadi calon presiden, mengalah kepada Megawati yang menjadi calon presiden dan Prabowo akhirnya menjadi calon wakil presiden. Namun koalisi mereka pada saat itu kurang sukses, akhirnya Partai Demokrat dengan SBY sebagai presiden lah yang menang pada Pemilu 2009 lalu.

Pascakejadian itu, Megawati dan Prabowo memiliki perjanjian khusus yaitu perjanjian batu tulis. Dalam perjanjian itu Megawati berjanji akan mendukung Prabowo pada Pilpres 2014. Namun sayang, perjanjian itu tak dijalankan. Karena akhirnya pada tanggal 14 Maret 2014, Megawati mengumumkan Joko Widodo atau Jokowi sebagai calon presiden 2014 dari Partai PDIP. Hal itu sempat membuat Prabowo kesal dan bersedih hati, sehingga PDIP dianggap sebagai pengkhianat.

Berdasarkan riset sejumlah lembaga survei, Partai Gerindra akan masuk ke dalam 3 besar partai besar di Pemilu 2014, sehingga dapat memenangkan Pileg dan Pilpres pada 2014. Berdasarkan hasil survei, nantinya Partai Gerindra akan bersaing ketat dengan koalisinya pada 2009 lalu, yaitu dengan PDIP.

Sebenarnya, Prabowo sendiri masih berharap dapat berkoalisi dengan PDIP agar dapat mengulang kesuksesannya bersama saat Jokowi dan Ahok menjadi DKI 1 dan DKI 2. Rencananya kampanye akan selesai pada pukul 13.00 saat Prabowo selesai berorasi. (Raden Trimutia Hatta)
Baca Juga:
(Devira Prastiwi )
- See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2026823/video-gerindra-kampanye-50-ribu-pendukung-padati-gbk#sthash.lEOm8dfy.dpuf

Ratusan Purnawirawan TNI-Polri Dukung Prabowo Subianto Jadi RI 1

http://www.gatra.com/pemilu-capres/49719-ratusan-purnawirawan-tni-polri-dukung-prabowo-subianto-jadi-ri-1%E2%80%8F.html



Ratusan Purnawirawan TNI-Polri Dukung Prabowo Subianto Jadi RI 1‏

Jakarta, GATRAnews - Calon Presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto mendapatkan dukungan untuk memenangkan Pemilu 2014 dari ratusan Purnawirawan Pejuang TNI dan Polri dari seluruh tanah air. Hal tersebut dideklarasikan di Jakarta, Kamis, (27/3). Menurut salah satu perwakilan dari pejuang, Letjen Purnawirawan Yunus Yosfiah sosok Prabowo yang tegas sangat tepat untuk memimpin Indonesia sekarang ini yang tengah mengalami keterpurukan, hal itu terlihat dari banyaknya intimidasi dari bangsa lain yang membuat posisi Indonesia semakin terpojok.

"Penyadapan yang dilakukan pihak asing, berbagai kebocoran keuangan negara, dikuasainya berbagai sumber daya alam Indonesia itu menjadi tanda begitu lemahnya pemerintahan yang ada sekarang ini,"ungkap Yunus. Tidak hanya itu, menurutnya banyak tenaga kerja Indonesia mengalami nasib yang tidak mengenakan diluar negeri. Namun sayangnya pemerintah terkesan tinggal diam dan tidak berbuat apa-apa. Hal tersebut membuat bangsa Indonesia terkesan rendah dimata bangsa lain.

"Banyak tenaga kerja kita mengalami tindakan yang kurang menyenangkan diluar negeri, yang lebih parah mereka mendapatkan hukuman mati namun pemerintah terkesan diam," tambahnya. "Kita memerlukan sosok pemimpin yang tegas dan berwibawa seperti Pak Prabowo, saya yakin Indonesia lebih bisa maju dengannya,"sambungnya.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, Prabowo bersama Gerindra mempunyai misi dan fisi yang jelas untuk memajukan Indonesia melalui enam program Aksi Nyata Gerindra. "Misi dan fisi yang dibawa Pak Prabowo sangat jelas, saya yakin bila dirinya terpilih menjadi pemimpin kedepannya Indonesia akan lebih baik. Kami berjanji akan mendukung Prabowo,"tukasnya. (*/WN)

Minggu, 16 Maret 2014

Prabowo ke PBNU, Kiai Said: NU Dukung Pemimpin Tegas


http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,48818-lang,id-c,nasional-t,Prabowo+ke+PBNU++Kiai+Said++NU+Dukung+Pemimpin+Tegas-.phpx

Nasional 
Prabowo ke PBNU, Kiai Said: NU Dukung Pemimpin Tegas
Selasa, 17/12/2013 18:30
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto bersilaturahim ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (17/12) petang. Dia menegaskan, kunjungannya adalah dalam rangka konsultasi tentang visi bangsa ke depan.

“Sudah menjadi tradisi bagi partai Gerindra untuk melakukan konsultasi kepada ormas-ormas, termasuk NU. Apalagi sejumlah gagasan NU terkait persoalan bangsa sangat menginspirasi kami,” katanya.

Prabowo yang didampingi� Ketua Umum DPP Partai Gerindra Suhardi dan wakilnya, Fadli Zon, diterima Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Sekretaris Jendral PBNU H Marsudi Syuhud. Menurut Kiai Said, pembicaraan berlangsung santai dan tidak terkait sama sekali dengan soal politik praktis.

Saat ditanya tentang dukungan kepada Prabowo untuk maju sebagai calon presiden pada pemilu 2014, Kiai Said menjawab, “Yang saya dengar dari warga Nahdliyin selama ini, mereka mendukung pemimpin yang tegas, pro petani, nelayan, dan bersih. Siapapun dia.” Namun ia mambantah memberi dukungan khusus kepada Prabowo.

Prabowo dalam kesempatan tersebut memuji NU yang dianggap mampu melahirkan gagasan penting terkait isu-isu krusial di negeri ini. Ia mengapresiasi saran PBNU kepada pemerintah untuk keluar dari keanggotaan WTO karena dinilai merugikan kaum petani dan nelayan. “Saya kira baru NU, ormas yang melakukan hal ini,” tuturnya.

Usai dari kantor PBNU, Prabowo berencana akan melakukan kunjungan serupa ke kantor Muhammadiyah. Sementara kepada Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sudah ia datangi beberapa waktu lalu. (Mahbib Khoiron)

Siaran Radio Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra "Prabowo Subianto Menjawab" Episode 1, 2 & 3


https://soundcloud.com/prabowomenjawab1

https://soundcloud.com/prabowomenjawab2

https://soundcloud.com/prabowomenjawab3

Berikut adalah hasil rekaman wawancara Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Bapak Prabowo Subianto.

Senin, 10 Maret 2014

Indonesia’s Prabowo Subianto tests the water in Singapore

http://www.eastasiaforum.org/2012/10/06/indonesias-prabowo-subianto-tests-the-water-in-singapore/


Indonesia’s Prabowo Subianto tests the water in Singapore

Author: Emirza Adi Syailendra, RSIS
In early August Prabowo Subianto, chief patron of the Great Indonesia Movement Party (Gerindra) and its candidate for Indonesia’s 2014 presidential election, made his first speech outside of Indonesia.

On his visit to Singapore, he discussed the development of both Indonesia and the region with Prime Minister Lee Hsien Loong. The visit was a statement to Singaporeans and the international community alike, marking his comeback to Indonesian politics and, more importantly, reinforcing his intention to run for president in 2014.
In his public lecture entitled ‘Indonesia Facing The Future: Challenges for the Next 20 Years’, Prabowo explored challenges facing Indonesia. These included resource scarcity and the need to move toward alternative energy; population growth and its impacts on Indonesian society; governance-system problems, as Indonesia has been trapped in a vicious cycle of corruption; and economic inequality, as 45 per cent of Indonesia’s GDP is controlled by 0.17 per cent of the population.
Staying true to his military background, Prabowo asserted that he operates under the motto of ‘who dares wins’, and believes that it is time for Indonesia’s elites to be daring and to accept challenges. To respond to Indonesia’s challenges, Prabowo proposed what he called a ‘big push strategy’, involving focusing on one or two big sectors to ‘push’ the Indonesian economy forward. He proposed transforming Indonesia’s cleared land into productive land for the purpose of biofuel research. Such a project would ease unemployment, based on Prabowo’s conservative estimate of four jobs being created per hectare of productive land.
Prabowo has been polling well across Indonesia but there is still a lot to be done, especially if he is to win over swing voters, who make up 60 per cent of the voting population. The Indonesia Survey Circle, the Indonesia Survey Institute (LSI) and the Centre for Strategic and International Studies, Jakarta predict that Prabowo and former President Megawati Sukarnoputri will be the two candidates to move to a second round of elections. According to Indonesia Survey Circle polls, Prabowo is the favourite potential candidate behind Megawati, with 18 per cent support. In February 2012, LSI published a survey showing Prabowo to be polling higher than Megawati due to personal qualities, such as his empathy toward grassroots organisations, his staunch nationalistic stance, and his charm as a military man. His position as a strong contender is also supported by the growing popularity of Gerindra, especially after all quick count tabulations and survey declared that running mates Joko Widodo and Basuki Tjahaja Purnama will likely win in the Jakarta’s gubernatorial election.
Nevertheless, Prabowo cannot rest on his laurels. In 2004, two years before Susilo Bambang Yudhoyono’s election, an LSI survey showed that he only had 2 per cent support. Two months before the elections, his support had skyrocketed to 22 per cent, enabling him to surpass the incumbent, Megawati. This suggests that a strong political manoeuvre from an opponent could change current projections, especially given 60 per cent of Indonesians are still unsure of their preferred candidate. Prabowo’s past could also be a weakness. In particular, allegations about his involvement in 1998 human-rights abuses toward reformist groups, and his insubordinate behaviour toward former President Bacharuddin Jusuf Habibie, may come back to haunt him.
Given Prabowo’s strong nationalistic values, many questions were raised in relation to his running for president. In response, Prabowo referred to himself as a pragmatist, suggesting that despite his strong nationalist sentiments he is open to international cooperation. Further, Prabowo believes that Indonesia should not be restricted to Western political models; that rather, it must develop a model that borrows from both socialism and liberalism. During his question-and-answer session in Singapore, Prabowo also criticised the current administration for a lack of presence in the market, for example, its failure to nurture state-owned enterprises. He used the Singaporean government’s involvement with Singapore Airlines as a model that Indonesia should follow. But he also stated that where the private sector is vibrant, the government should allow it to thrive rather than curtailing it.
By making such statements Prabowo is sending a message that he is ready to be an open and cooperative president, but will still champion Indonesia’s national interest. Whether or not Indonesian voters will favour Prabowo come 2014, his debut in Singapore signalled to the international community that he is ready to step back into the political spotlight.
Emirza Adi Syailendra is a Research Analyst at the Indonesia Programme of the S. Rajaratnam of International Studies, Singapore.

Source: Syailendra, Emirza Adi. "Indonesia’s Prabowo Subianto Tests the Water in Singapore." East Asia Forum. N.p., 6 Oct. 2012. Web. 11 Mar. 2014. <http://www.eastasiaforum.org/2012/10/06/indonesias-prabowo-subianto-tests-the-water-in-singapore/>.

Survei: Prabowo Subianto Capres Paling Berkompeten

http://satuharapan.com/index.php?id=109&tx_ttnews[tt_news]=10915&cHash=1

Survei: Prabowo Subianto Capres Paling Berkompeten

22:13 WIB | Minggu, 19 Januari 2014
Prabowo Subiyanto. (Foto: Antara)
 
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Hasil survei terbaru dari Survey and Polling Indonesia (SPIN) menyebutkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden yang memiliki kompetensi yang paling tinggi, yaitu sebesar 26,5 persen.
Setelah Prabowo, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie sebesar 17,7 persen, kata Direktur Eksekutif SPIN Danny Indrianto saat merilis hasil surveinya di Jakarta, Minggu (19/1).
"Prabowo mendapat apresiasi yang paling baik karena dipandang lebih punya ketegasan, keberanian, serta visi dan misi yang unggul," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berada di urutan ketiga, yakni sebesar 14,6 persen, kemudian urutan keempat Ketua Umum Hanura Wiranto sebesar 11,8 persen.
Survei SPIN, kata dia, bertujuan untuk melihat dan mengetahui parpol mana yang memiliki program terbaik di mata publik dan siapa capres yang paling punya kompetensi, kualitas, dan kapabilitas dalam Pemilu 2014.
Dari temuan survei SPIN, terlihat bahwa ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki capres yang diinginkan publik, yaitu soal pemberantasan korupsi (57,9 persen), pengentasan masyarakat dari kemiskinan (55,2 persen), pengurangan pengangguran (54,5 persen), kedaulatan pangan (47,4 persen), energi (33,3 persen), kesehatan (32,7 persen), dan pendidikan (30,4 persen).
Faktor yang paling dipertimbangkan publik untuk memilih capres 2014, menurut dia, adalah programnya yang prorakyat, kompetensinya sebagai pemecah masalah atau `problem solver` bangsa, dan ketegasannya dalam pengambilan keputusan, itulah yang menjadi harapan publik.
Hasil temuan survei SPIN ternyata juga tidak mempermasalahkan kandidat capres dari segi usianya. Dengan kata lain, faktor tua atau muda tidaklah terlalu penting. Namun, program, visi, misi, dan kompetensinya jauh lebih dipertimbangkan masyarakat dalam melihat tokoh yang bersangkutan.
Menurut dia, pilihan publik terhadap parpol pun tak jauh beda. Masyarakat mendambakan program kerja partai yang prorakyat, antikorupsi, diikuti oleh fakta bahwa tokoh utama dari parpol yang bersangkutan menjadi referensi perilaku pemilih.
Dari aspek program atau platform parpol, Gerindra berada pada posisi pertama (17,9 persen), diikuti oleh Golkar (15,2 persen), dan PDI Perjuangan (14 persen).
Partai Gerindra dipersepsikan publik sebagai parpol yang memiliki program prorakyat, relatif bersih dari korupsi, dana kampanye yang kuat, loyalitas kader (89,1 persen), serta figur sentralnya dianggap sebagai kelebihan dari Partai Gerindra untuk melakukan sosialisasi yang masif.
Menurut Danny, survei SPIN dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2013 hingga 10 Januari 2014 di 33 Provinsi. Yang disurvei SPIN adalah 12 parpol peserta Pemilu 2014 dan tokoh sentral dari partai politik sebagai kandidat calon presiden 2014.
Jumlah sampel sebanyak 1070 responden, diperoleh melalui teknik pencuplikan secara rambang berjenjang (multistage random sampling). Margin of error sekitar 3 persen, dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden dengan pedoman kuesioner. Responden terdistribusi 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan.
Ia menjelaskan bahwa penentuan responden dalam setiap KK dilakukan dengan bantuan kish grid. Uji kualitas dilakukan melalui "telephone-check" dan "spot-check" sebesar 20 persen dari total sampel. (Ant)

TVN Belanda: Operasi Pembebasan Mapenduma oleh Prabowo

https://www.youtube.com/watch?v=1lESjEr54-o&list=PL6C5D9CFB279B5977

Published on Jan 10, 2014
Film dokumenter "Gegijzeld in Indonesie" produksi TV Nasional Belanda ini mengkisahkan penyanderaan dan pembebasan dua warga negara Belanda: Martha Klein dan Mark van der Wal di Mapenduma, Papua di tahun 1996.

Pada waktu itu, Martha dan Mark tergabung dalam sebuah ekspedisi yang dinamakan "Ekspedisi Lorenz". Mereka disekap bersama 11 orang lainya oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik yang menghendaki kemerdekaan Papua dari Republik Indonesia.

Sebagai pimpinan TNI dengan pangkat tertinggi di lapangan, Danjen Kopassus Prabowo Subianto adalah prajurit yang bertanggung jawab penuh atas "Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma". Walaupun dihadapkan dengan medan yang sangat sulit dan peta yang minim, Prabowo pada bulan Mei 1996 berhasil membuktikan ketangguhan Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) dalam menyelesaikan operasi sulit dan menjaga martabat bangsa Indonesia di dunia.

Hal inilah, yang pada bulan Desember 2013 lalu mendapatkan apresiasi sangat besar dari TV Nasional Belanda sehingga membuat dan menyiarkan dokumenter ini.

Source: TV, Gerindra. "TVN Belanda: Operasi Pembebasan Mapenduma Oleh Prabowo Subianto / Gegijzeld in Indonesie." YouTube. YouTube, 10 Jan. 2014. Web. 11 Mar. 2014.


Prabowo Clarifies

http://www.thejakartapost.com/news/2013/12/27/letter-editor-prabowo-clarifies.html

Letter to the editor: 
Prabowo clarifies

I am writing this response to the article entitled “Whatever happened in Kraras, Timor Leste, ‘Pak’ Prabowo?” written by Aboeprijadi Santoso, which appeared in the Dec. 20 edition of The Jakarta Post. 

This essay, and specific charges relating to the tragic events at Kraras, is clearly a personal attack on my military career and personal reputation, based on unproven allegations, innuendos and third-hand reports — none substantiated, by either the United Nations or current Timor Leste authorities. 

It is revealing that this issue, dealing with events that took place over 30 years ago, has been revived and finds its way into the press just 100 days before the coming Indonesian legislative election, in a manner clearly intended to cast serious doubt on me, as one of the leading candidates for the office of the president of the Republic of Indonesia. 

I thus wish to protest in the strongest terms and to refute the scurrilous allegations, none of which are substantiated, contained in this article.

Let me ask you this. If indeed I am guilty of this massacre, and other such war crimes, how is it that I have been accepted and even photographed in meetings and friendly conversation with former Timor Leste president Xanana Gusmao (April 20, 2001), Lere Anan Timur (November 21, 2008) and Mari Alkatiri (June 20, 2013)? 

Photographs and articles confirming this were published by the Post, which by the way should have done its homework before publishing Aboeprijadi’s article. 

Would Xanana and other Timorese freedom fighters, our nation’s former enemies, have befriended an Indonesian officer truly guilty of such despicable crimes against civilians?

For the record, I insist I was nowhere near the site of the “Kraras Massacre” that occurred in Viqueque district on Aug. 8, 1983 and I seriously challenge anyone to offer proof that I was either in the vicinity or that I issued any order to abuse or kill civilians. 

Neither the UN nor the government of Timor Leste have ever proffered charges of human rights violations against me, and the article in question reveals this, with its “[…]all had heard of Prabowo, but none said to have seen him in the area […]”, “allegedly involved in a number of human rights violations” and “the circumstances that led to renewed violence remain largely unclear”.

If the facts remain unclear, what is the point of bringing up this tragedy and pointing the finger at an Indonesian presidential candidate, except to undermine and cast a shadow on his electoral campaign?

In fact, my name was cleared in an investigative article by Jose Manuel Tesoro, carried in the March 13, 2000 edition of Asiaweek, which states the following: 

“The question is: How far did Prabowo participate in all this? To obtain details of his alleged abuses, Asiaweek contacted four separate non-governmental organizations monitoring military atrocities. These were TAPOL in London; Solidamor in Jakarta; the HAK Foundation, headquartered in Dili; and the East Timor Action Network [ETAN] in New York. We asked for eyewitness reports, transcripts of intercepted communications, leaked papers or anything that could substantiate these stories. None could provide them.”

As a matter of fact, on many occasions I protected Falintil guerrillas taken prisoner by the Indonesian Military (TNI) and Timorese civilians from reprisals, in a complex and confused situation, where the Indonesian Army became involved in a civil conflict, one in which brother frequently stood against brother and the battle lines were unclear. 

These tired and unproven rumors, as recited in this article (some three decades after the fact, conducted and written up by a journalist who apparently is well known for his grudges and animosity toward the TNI) are a matrix of lies, unsupported by history. 

Ask the Timorese themselves what happened. I claim that this whispering campaign is most probably backed by an old guard of corrupt Indonesian politicians, frightened of a popular movement that appeals to the aspirations of millions of young people and the underprivileged poor, and which is determined to quash corruption and institute clean government. 

Lt. Gen. (ret.) Prabowo Subianto
Jakarta

Hashim Djojohadikusumo: Indonesia needs US help for free elections

http://thehill.com/blogs/global-affairs/guest-commentary/191746-hashim-djojohadikusumo-indonesia-needs-us-help-for-free


Hashim Djojohadikusumo: Indonesia needs US help for free elections

Guest Commentary
The upcoming Indonesian elections will be the most important in the country’s history. Indonesia has made an impressive transition toward inclusive democratic governance since the fall of the Suharto regime in the late ’90s, and the three elections held in the country’s 15-year democratic era have been heralded as relative successes. 
The upcoming 2014 Indonesia elections will be the most intensely contested in the country’s history, generating unprecedented incentives to manipulate, defraud and destabilize the electoral process. While the 2004 elections were widely considered free, fair and credible, the execution of the 2009 poll, as with any infant democracy, did result in allegations of improper vote counting and voter registration and other problems. If the country’s recent electoral history is placed in context with the country’s lack of a fully matured democratic system, extremely troubling new developments in the electoral preparations, and the critically high stakes for the country, it is clear that free, fair, peaceful and credible elections in Indonesia are undoubtedly attainable, but certainly not guaranteed without political pressure and significant support from international friends and partners helping to ensure the poll is not a fraudulent one.
Challenges to a free and fair election in Indonesia are extensive. Indonesia is still a young democracy, and its autocratic history far exceeds its short track record of representative government. This election will be the first in which Indonesia does not have an incumbent running for reelection, guaranteeing a new president will democratically transition into power. Democratic institutions are still consolidating, electoral systems are still evolving, and the government must continue to build trust in a citizenry understandably skeptical of government corruption. Logistically, only three democratic national elections have been conducted in a country of more than 170 million voters on 17,000 islands in more than 500,000 polling stations. Many people and groups will have motive and opportunity to manipulate, subvert or disrupt our vulnerable system. This logistical mountain can only be climbed by extensive internal cooperation and coordination and external partnerships with domestic and international institutions. The U.S. can play a vital role in this effort by providing technical support and election monitoring teams, and publicly reaffirming the importance of a free and fair poll in Indonesia.
Additionally, highly concerning reports continue to pour in that would seriously threaten the credibility of the elections. These threats must be immediately addressed head on. News of inaccurate data for millions of voters and a report filed by the Great Indonesia Movement (Gerindra) Party highlighting an additional 3.7 million data errors have raised fears that the registry system could disenfranchise close to 10 percent of eligible voters on Election Day. 
Corruption remains a central challenge in Indonesia, ranking 118th in Transparency International’s annual index, and will be a major threat to the electoral integrity. Indonesia is a country valuing ethnic and religious tolerance, with 38 million Christians living among the Muslim majority, but political persecution of religious minorities by Islamic extremists threatens this fundamental Indonesian principle. Islamic radicalism is on the rise in Indonesia, working to infiltrate the political sphere by any means necessary, including political violence. Indonesian authorities continue their attempt to suppress this growth of extremism but support will be needed to protect minority rights within the electoral process, and our partners and friends can play a constructive role in this effort. 
Finally, the stakes for this election are simply too high for Indonesia not to cooperate with our partners and friends in the international community on election observer missions and technical and logistical support. These elections will be the most important in our nation’s history, with more than a third of the voters casting their ballot for the first time. This experience will lay the foundation on which Indonesians will view the democratic process for decades to come. We must get it this election right. 
Similarly, Indonesia’s income inequality is much too high, and continues to rise. Our rural communities must have a voice in who represents them and those leaders must commit — and as the leading Indonesian political party, Gerindra, policy platform has done — to expanding economic opportunities, such as infrastructure, education and healthcare to our poorer citizens and rural communities. 
Our political and economic stability hinges on our ability to conduct free, fair, peaceful and credible elections in 2014. Multiple challenges threaten our capability to successfully execute these elections: they must be met with commitment, cooperation and partnership with domestic and international organizations. We will need political support from friends, such as the U.S. and Australia, and we will need independent observers and monitors from organizations such as the National Democratic Institute, the International Foundation for Electoral Systems, the International Republican Institute, The Carter Center and others to ensure these elections are not fraudulent and every Indonesia can peacefully and accurately express their voice. A free and fair election in 2014 in Indonesia is most certainly attainable — we’ve done it before — but by no means is it guaranteed without a tremendous effort to protect the integrity of a democratic process so vital to our future. 
Djojohadikusumo is vice chairman of the Supreme Leadership Council and a founding member of the Gerindra Party.


Read more: http://thehill.com/blogs/global-affairs/guest-commentary/191746-hashim-djojohadikusumo-indonesia-needs-us-help-for-free#ixzz2vXsIRO1B 
Follow us: @thehill on Twitter | TheHill on Facebook